The 66th Blog

Welcome try to share information and opinion on this blog to email: asahir66.informasi@blogger.com

Laman

Sabtu, 12 Februari 2011

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Link to Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Kesalahan dalam Analisis Spektrometri Kuantitatif

Posted: 10 Feb 2011 11:35 PM PST

Ada tiga sumber kesalahan dalam pengukuran dengan spektrofotometer :

(a) pengaturan ke absorbabsi nol (100% T)
(b) pengaturan ke absorbansi f (0% T)
(c) pembacaan nilai absorbansi atau transmitans

Anggap sampel dengan konsentrasi C memiliki transmitans T

Jika T meningkat , dC akan turun yakni untuk mendapatkan pengukuran C yang paling akurat, maka T harus = 1, tetapi jika T = 1, maka A = 0 berarti tidak ada sampel

Lebih jauh, jika nilai T besar ( mendekati 1 ), C harus kecil dan kesalahan relatif C, C/dC adalah besar

Oleh karena itu, akan sangat membantu dengan memperhitungkan kesalahan relatif dari pada kesalahan mutlak, dC

Catatan : Persamaan selalu negatif karena T selalu kurang dari 1 sehingga ln T selalu negatif.

Oleh karena itu beberapa titik antara T = 0 dan T = 1, C/dC harus mencapai minimum.

Gambar 15.15. Kesalahan pembacaan spektrofotometer pada berbagai harga transmitansi

Kesalahan minimum dalam pengukuran absorbansi akan terjadi pada nilai T dimana [C/dC ] minimum

Yaitu dimana :

Diferensiasi :

Oleh karena itu kesalahan minimum terjadi pada 36,8% T (Absorbansi = 0,434)

Catatan : Dalam perhitungan ini, dianggap tidak ada kesalahan pada pengaturan 0% T dan 100% T, tetapi dalam praktek kedua pengaturan tersebut juga merupakan subyek kesalahan.


Kamis, 10 Februari 2011

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Link to Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Penyimpangan Hukum Beer

Posted: 08 Feb 2011 11:08 PM PST

Jika dalam analisis suatu unsur tidak memenuhi Hukum Beer, maka absorbansi tidak setara dengan konsentrasi. Yaitu :

Untuk mengetahui apakah suatu unsur memenuhi Hukum Beer atau tidak maka perlu ditentukan grafik kalibrasi absorbansi vs konsentrasi.

Hukum Beer hanya dapat dipenuhi jika dalam range (cakupan) konsentrasi hasil kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita hanya bekerja pada linear range.

Seringkali sampel yang dianalisa akan memiliki absorbansi yang lebih tinggi dari pada larutan standar. Jika kita berasumsi bahwa kalibrasi tetap linier pada konsentrasi yang lebih tinggi

Gambar 15.11. Kurva standar yang memenuhi hukum Lambert Beer

dengan cara yang ramalan kalibrasi yang linier [itu]. Hal ini tidak boleh diilakukan karena bagaimanapun, ketika kita tidak bisa mengetahui apakah hukum Beer masih terpenuhi pada konsentrasi yang lebih tinggi. Jika Hukum Beer tidaklah terpenuhi pada konsentrasi yang lebih tinggi, hasil dari pengukuran akan merupakan suatu kesalahan besar ( ketelitian sangat kecil)

Sekalipun standar lebih lanjut disiapkan dan kurva dicoba ke data, ketepatan dari hasil akan sangat lemah dalam kaitan dengan ketidak-pastian di (dalam) membaca konsentrasi dari kurva.

Gambar 15.12. Kurva standar yang tidak memenuhi Hukum Lambert Beer

Oleh karena itu, larutan yang memiliki absorbansi lebih tinggi dari larutan standar harus diencerkan sampai memenuhi konsentarasi larutan standar yang telah ada.

Gambar 15.13. Kurva hubungan konsentrasi terhadap absorbansi yang masih memenuhi hukum Lambert-Beer.


Rabu, 09 Februari 2011

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Link to Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Analisis Kuanitatif

Posted: 07 Feb 2011 10:45 PM PST

Penerapan Hukum Beer

Hukum Beer merupakan prinsip dasar semua spektrometri molekular kuantitatifp Dari persamaan gabungan Hukum Lambert-Beer :

A =? . b . c

dapat terlihat bahwa jika kita melakukan pengukuran suatu unsur yang sama pada panjang gelombang yang sama dalam kuvet sampel yang sama pula, maka akan tampak hubungan linear antara absorbansi A dan konsentrasi c, selama absorpsivitas molar ? dan tebal kuvet b konstan. Karena nilai b adalah tetap, maka ini adalah penerapan Hukum Beer.

Oleh karenanya, jika suatu larutan dengan konsentrasi C1 menghasilkan absorbansiA1 maka larutan unsur yang sama dengan konsentrasi C2 (diukur pada kondisi yang sama) akan menghasilkan absorbansi A2 sehingga :

Konsentrasi dari larutan yang belum diketahui kemudian dapat dihitung dengan mengukur absorbansi dari larutan yang diketahui konsentrasinya dan larutan yang belum diketahui konsentrasinya pada kondisi yang sama.

Konsentrasi yang belum diketahui dapat ditentukan dengan persamaan :

Perhitungan dengan metode sederhana ini tidak mempertimbangkan ketidakpastian percobaan yang terlibat dalm persiapan larutan dan dalam pengukuran absorbansi. Oleh karena itu dalam praktek sangat dianjurkan untuk menyiapkan beberapa larutan dengan konsentrasi yang berbeda biasanya disebut larutan standar, kemudian diukur absorbansinya. Hasil pengukuran dibuat grafik kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Selanjutnya konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat ditentukan dari grafik tersebut.

Gambar15.8. Kurva kalibrasi.

Dengan menggunakan grafik kalibrasi yang diperoleh dari beberapa standar dibanding dengan menggunakan satu standar , ketidakpastian analisa dapat dikurangi dan karenanya ketelitian akan sangat meningkat.

Perlu dicatat bahwa garis lurus pada grafik kalibrasi tidak akan diperoleh dengan cara mem-plot transmitans vs konsentrasi. Karena absorbansi dan transmitans dihubungkan oleh persamaan :

A = – log T

maka tidak ada hubungan linear antara transmitans dan konsentrasi.

Gambar 15.9. Hubungan antara konsentrasi dengan transmitansi dan absorbansi

Oleh karena itu jika hasil pengukuran berupa transmitans, maka harus diubah ke bentuk absorbansi agar dapat membuat kurva kalibrasi.

Pemilihan panjang gelombang untuk Analisa Kuantitatif

Dalam spektrometri molekular kuantitatif, pengukuran absorbansi atau transmitans dibuat berdasarkan satu seri (rangkaian) larutan pada panjang gelombang yang telah ditetapkan. Panjang gelombang paling yang sesuai ditentukan dengan membuat spektrum absorbsi dimana panjang gelombang yang paling sesuai adalah yang menghasilkan absorbansi maksimum. Selanjutnya panjang gelombang ini digunakan untuk pengukuran kuantitatif.

Dengan menggunakan panjang gelombang dari absorbansi yang maksimum, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi) kecil panjang gelombang dari cahaya masuk hanya akan menyebabkan kesalahan yang kecil dalam pengukuran tersebut. Jika panjang gelombang dipilih dari daerah spektrum di mana ada suatu perubahan yang besar absorbansi dalam daerah (range) panjang gelombang yang sempit, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi) kecil panjang gelombang dari cahaya masuk akan menyebabkan kesalahan yang besardalam pengukuran absorbansi tersebut.

Gambar 15.10. Spektrum absorpsi dan kurva standar

Pengaruh radiasi polikromatik pada hubungan hukum Beer. Pita A menunjukkan penyimpangan (deviasi) yang kecil selama tidak terjadi perubahan besar pada? sepanjang pita tersebut. Pita B menunjukkan penyimpangan yang jelas karena? mengalami perubahan yang berarti pada daerah tersebut.


Selasa, 08 Februari 2011

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Link to Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Struktur Senyawa dan Spektrum

Posted: 06 Feb 2011 08:55 PM PST

Transisi ke p * bila terjadi pada gugus terisolasi akan menghasilkan absorpsi lemah pada frekuensi rendah, meskipun pada kelompok-kelompok ikatan meningkatkan intensitas dan panjang gelombang, sehingga senyawa dengan ikatan-ikatan yang intensif akan terlihat sebagai senyawa mempunyai warna cukup kuat.

Dua jenis gugus yang mempengaruhi spektrum absorpsi suatu senyawa :

a) Kromofor
Kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak.

Ada 3 jenis Kromofor sederhana :

  • Ikatan ganda antara dua atom yang tidak memiliki pasangan elektron bebas

Contoh :

  • Ikatan ganda antara dua atom yang memiliki pasangan elektron bebas

Contoh :

  • Cincin Benzena. Jika beberapa Kromofor berhubungan maka absorpsi menjadi lebih kuat dan berpindah ke panjang gelombang yang lebih panjang.

b) Auksokrom
Auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800nm, namun mempengaruhi spektrum chromophore dimana auxochrome tersebut terikat

- CH3 – OH -NH2 – NO2

Auksokrom dapat mempengaruhi sebagai berikut :

  • Menggeser ke panjang gelombang lebih panjang (red shift) disebut efek batokromik
  • Menggeser ke panjang gelombang lebih pendek (blue shift) disebut efek hipsokromik

amax meningkat ( peningkatan intensitas) disebut hiperkromik
amax menurun (penurunan intensitas) disebut hipokromik