The 66th Blog

Welcome try to share information and opinion on this blog to email: asahir66.informasi@blogger.com

Laman

Jumat, 18 Maret 2011

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Link to Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia |

Fase Gerak Untuk Kromatografi Cair

Posted: 16 Mar 2011 08:59 PM PDT

Sifat-sifat berikut diperlukan untuk fase gerak dalam Kromatografi Cair.

  • Solven (pelarut) harus siap tersedia
  • Pelarut harus sesuai dengan detektor yang digunakkan dengan mempertimbangkan :
  1. Deteksi Photometric – UV
  2. Deteksi Refractive Index – ?RI pelarut dan analit
  3. Ketidakmurnian yang memiliki extinction coeffisient tinggi, yaitu mengabsorbsi dengat kuat.
  • Reaktivitas Pelarut. Pelarut sbaiknya tidak bereaksi dengan sampel atau polymerisasi dengan fase diam. Hal ini meniadakan aldehid, olefin dan senyawa sulphur (kecuali DMSO) ( misal pH dikontrol untuk kolom basa silika antara 2-8)
  • Pelarut sebaiknya tidak terlalu kental. Viskositas tinggi (menimbulkan tekanan operasional) mengurangi efisiensi pemisahan. Tiik didih dapt menjadi petunjuk viskositas, senyawa dengan titik didih yang rendah lebih kurang kental. Pelarut sebaiknya mendidih pada 200-500 diatas temperatur pemisahan
  • Untuk Kromatografi Cair Partisi dengan fase diam mekanik, fase gerak harus tidak dapat dicampur dengan fase diam.
  • Keamanan dalam penggunaan pelarut harus dipertimbagkan terutama kemungkinan timbulnya pembakaran atau keracunan.

Pemilihan Fase Gerak dalam Kromatografi Padat Cair Kekuatan Pelarut (Solvent Strength)

Pemilihan fase gerakdalam kromatografi padat cair (adsorpsi) akan dengan baiktercapai dengan menggunakan parameter kekuatan pelarut e0 berdasarkan pada pekerjaan Hildebrand dan baru-baru ini diubah oleh Snyder.

Kekuatan pelarut ditemukan dengan mengukur panas yang dihasilkan oleh pelarut per unit area materi pengadsorbsi (adsorbat) selama pelarut teradsorbsi pada adsorbat

Semakin aktif suatu pelarut maka semakin tinggi level panas yang dihasilkan (atau energi bonding pelarut untuk adsorbat) dan secara konsekuen kekuatan pelarut semakin tinggi. Oleh karena itu pelarut non-polar seperti alkana sederhana memiliki kekuatan pelarut yang sangat rendah. Pentana dalam skala kekuatan pelarut Snyder adalah nol. Tabel kekuatan pelarut (e0) disusun dengan urutan meningkat, berdasarkan pada deret Eluotropic. Alkohol dan air memiliki nilai kekuatan pelarut yang tinggi berkaitan dengan gugus hidroksil aktif yang tinggi.

Kekuatan pelarut mengontrol rasio partisi k'. Peningkatan e 0 berarti pelarut lebih kuat dan nilai k' semakin kecil untuk semua pita sampel.

Campuran biner digunakan pada hampir semua kasus untuk menyediakan kekuatan pelarut yang tepat sehingga dapat memberikan nilai rasio partisi k' yang tepat.

Tabel 18.6. Beberapa pelarut sebagai fase gerak

Selektivitas

Selektivitas diukur dengan retensi relatif dalam LSC dapat diubah dengan memilih campuran biner baru seperti yang ditunjukkan gambar berikut.

Aturan konsentrasi B

Seperti aturan umum untuk perubahan besar dalam D pada LSC larutan sangat encer atau konsentrasi tinggi dari B dari pelarut lemah A sebaiknya digunakan.

Aturan Ikatan Hidrogen

Perubahan apapun dalam fase gerak yang menghasilkan perubahan pada ikatan hidrogen antara molekul sampel dan molekul fase gerak umumnya menimbulkan perubahan pada α

Fase "Silica Bonded"

(a) Silicate esther

(b) Silica-carbon dan Silica-nitrogen

(c) Siloxanes


Tidak ada komentar: